Dampak dan akibat fitnah lainnya antara lain adalah masyarakat mulai menolak mengikuti majelis ilmu, menolak belajar pada ulama, tidak mau mempelajari hukum-hukum Islam, dan tidak mengenal agama dengan baik. Hati mereka pun mulai sibuk dengan berbagai urusan duniawi, sedangkan di dalam fitnah ada api yang berkobar dan membuat manusia tergesa-gesa dalam urusannya. Akhirnya, seseorang tidak lagi merasa tenang ketika mencari ilmu, menolak duduk di majelis ulama, bahkan menjauhi segala hal.
Yang paling berbahaya dari itu adalah fitnah ini dapat menyebabkan manusia meremehkan para ulama, merendahkan martabat mereka, tidak menghargai kedudukan mereka, dan bahkan berani menjelekkan nama baik mereka, baik itu secara terang-terangan maupun tanpa sepengetahuan mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dikatakan dalam sebuah hadis,
Tidak ada seorang pun di antara bangsa saya yang tidak mengasihani generasi muda, menghormati orang yang lebih tua, dan mengakui hak-hak dunia.
“Kelompok saya tidak termasuk orang-orang yang tidak mencintai yang lebih muda, tidak menghormati yang lebih tua, dan mengetahui hak-hak ulama kita.” (HR. Ahmad no. 22755; Al-Hakim, 1: 211. Dari hadits ‘Ubadah bin Ash-Syamit semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian. Al-Albani mengatakan hasan di dalam Shahih Al-Jami’ TIDAK. 3521)
Pada masa pencemaran nama baik itu, akan banyak sekali orang-orang yang terjerumus pada sikap meremehkan ulama, merendahkannya, mencela dan menuduhnya, merendahkan kedudukannya, bahkan menuduhnya bersifat buruk, serta berani berbicara kurang ajar yang menjelek-jelekkan kehormatan dan martabatnya. Semua itu adalah akibat buruk dari fitnah, dan kita berlindung kepada Allah dari hal-hal tersebut.
Di antara kisah dari sejarah yang menggambarkan kondisi ini adalah apa yang terjadi pada masa fitnah ‘Abdurrahman bin Al-Asy’ats. Ketika fitnah itu meledak, sejumlah ahli persewaan Al-Qur’an dan banyak orang juga terlibat. Saat kekacauan itu, ada kelompok yang mencoba menghasut masyarakat. Kemudian mereka sampai di Al-Hasan Al-Bashri Tuhan memberkatiseorang imam besar dan ulama yang dihormati, dia adalah salah satu ulama terkemuka dalam hukum Islam pada saat itu.
Mereka berkata kepada Al-Hasan Al-Bashri Tuhan memberkati,
Apa yang anda katakan tentang tiran ini – yaitu Al-Hajjaj – yang menumpahkan darah haram, mengambil uang haram, meninggalkan shalat, dan melakukan dan melakukan…!?
“Bagaimana pendapatmu mengenai penguasa yang zalim yaitu Al-Hajjaj yang telah menumpahkan darah haram, merampas harta haram, meninggalkan shalat fardhu, dan melakukan keburukan ini dan itu…?”
Kemudian mereka melanjutkan berbagai keburukan Al-Hajjaj kepada Al-Hasan Al-Bashri Tuhan memberkati. Lalu dia Tuhan memberkati mengatakan,
Saya pikir Anda sebaiknya tidak melawannya; Sebab jika itu adalah azab dari Allah – yaitu kekuasaan para jamaah haji – maka kalian bersedia menerima azab Allah dengan pedang kalian, meskipun itu adalah ujian; Maka bersabarlah hingga Allah menghakimi, karena Dialah sebaik-baik hakim
“Menurutku, janganlah kalian memeranginya. Jika kondisi tersebut merupakan azab dari Allah, yaitu Allah menjadikan Al-Hajjaj berkuasa atasmu, maka mustahil bagimu untuk bisa menghilangkan azab Allah dengan pedangmu. Dan jika ini adalah ujian dari Allah, maka bersabarlah sampai Allah sendiri yang memberikan keputusan yang terbaik, dan Dialah pembuat keputusan yang terbaik.”
Maka mereka pun menyempal dari majelis beliau, sembari mengatakan,
Kami mematuhi perlakuan ini!?
“Orang tua ini lemah!” (Al-Kubra kaya Ibnu Say, 7: 163–164; Al-Kuna wal-Asma’ karya Ad-Dulaibi, 3: 1035; dan Tanggal Dimasyq, 12:178)
Fitnah ini menyebabkan manusia mulai berani merendahkan kedudukan para ulama, meremehkan mereka, merendahkan martabat mereka, serta berani membicarakan hal-hal buruk berkaitan para ahli ilmu. Ini termasuk perkara yang sangat berbahaya bagi manusia. Semoga Allah melindungi kita semua dari hal semacam itu.
Kemudian orang-orang yang datang ke Al-Hasan Al-Bashri, mereka menolak menerima nasehatnya. Maka mereka berangkat bersama Ibnu Al-Asy’ats untuk berperang melawan Al-Hajjaj. Sayangnya, mereka semua terbunuh. Mereka tidak mendapatkan kebaikan apa pun dan tidak memperoleh manfaat sedikit pun. Mengapa? Karena mereka tidak lagi menganggap penting nasehat para ulama, maka perkataan para ulama tidak lagi berharga menurut pandangan mereka, dan mereka tidak memperhatikannya.
Di antara dampak fitnah berikutnya adalah bermunculannya orang-orang dungu yang ditokohkan dan menjadi rujukan. Mereka yang tidak memiliki ilmu, tidak memahami agama, dan tidak mengerti hukum Allah, justru tampil di kalayak umum. Mereka berbicara hanya bermodalkan keberanian, tanpa ilmu, tanpa pemahaman, tanpa rasa kesabaran, dan tanpa kehati-hatian.
Lalu, mereka tampil sebagai tokoh, mengeluarkan keputusan-keputusan yang serampangan, menetapkan hukum secara gegabah, lalu ikut campur dalam berbagai persoalan yang lainnya. Padahal mereka tidak memiliki ilmu tentangnya, tidak memahami permasalahannya dengan benar, tidak memiliki kesabaran, dan tidak memiliki pemikiran yang matang. Namun, semangat dan keberanian meraka yang terlalu membabi buta justru mendorong mereka semakin terjerumus ke dalam fitnah tersebut.
Karena itu, Syekhul Islam Ibnu Taimiyah Tuhan memberkati pernah berkata,
Jika pencobaan terjadi, orang bijak tidak akan mampu mengusir orang bodoh.
“Ketika fitnah itu muncul, orang-orang berakal akan menjadi lemah untuk mencegah orang-orang dungu.” (Minhaj As-Sunnah, 4: 187)
Inilah inti fitnah, menurut firman Tuhan Kisah,
Dan waspadalah terhadap godaan yang tidak akan menimpa terutama bagi kamu yang zalim.
“Dan takutlah terhadap fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang zalim di antara kamu.” (QS. Al-Enfal : 25)
Ketika fitnah telah terjadi, hampir tidak ada seorang pun yang selamat darinya kecuali mereka yang telah diberi perlindungan dan pemeliharaan oleh Allah. Kami bertanya kepada Tuhan Jalla wa ‘Ala agar menyelamatkan kita semuanya dari gejolak fitnah ini.
[Bersambung]
Kembali ke bagian 1
***
Penerjemah: Chrisna Tri Hartadi
Artikel Muslim.or.id
Referensi:
Kitab Atsarul Fitan, kebohongan Syekh ‘Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizhahullahhal. 21–26.
News
Berita Teknologi
Berita Olahraga
Sports news
sports
Motivation
football prediction
technology
Berita Technologi
Berita Terkini
Tempat Wisata
News Flash
Football
Gaming
Game News
Gamers
Jasa Artikel
Jasa Backlink
Agen234
Agen234
Agen234
Resep
Download Film
A gaming center is a dedicated space where people come together to play video games, whether on PCs, consoles, or arcade machines. These centers can offer a range of services, from casual gaming sessions to competitive tournaments.