Duduk dan bersandar merupakan salah satu aktivitas yang pasti dilakukan oleh manusia. Setiap orang juga tentunya memiliki kebiasaan masing-masing untuk duduk dan bersandar. Hal tersebut juga berlaku pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia juga punya cara duduk dan bersandar. Lalu bagaimana cara Nabi duduk dan bersandar?
Sebagai seorang muslim, tentunya kita sangat mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Salah satu bukti cinta kita tentu dengan berusaha mengenalnya, juga meneladani dan meneladaninya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pada artikel kali ini kita akan membahas tentang cara Nabi SAW duduk dan juga cara beliau bersandar.
tempat duduk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Duduk merupakan hal yang tentunya biasa dilakukan oleh manusia pada umumnya, Rasulullah pun tentu melakukannya. Salah satu posisi duduk yang dilakukan oleh Nabi adalah duduk kurfusha’. Hal ini sebagaimana dalam hadis riwayat Qailah binti Makhramah, katanya,
Berdasarkan riwayat Qayla binti Makhramah bahwa dia melihat Rasulullah SAW di masjid dan beliau sedang duduk bersila. Dia berkata, “Ketika saya melihat Rasulullah SAW, yang sedang duduk dengan kerendahan hati, saya sangat takut dengan perbedaannya.”
“Sesungguhnya aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid, dia sedang duduk kurfusha’.Dia berkata, “Saat aku melihat Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dalam keadaan penuh ketaqwaan sambil duduk, aku gemetar karena kewibawaannya.” (HR. Abu Daud)
Lalu apa itu duduk kurfusha’? Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizahullah menjelaskan bahwa duduk kurfusha’ itu bisa diartikan menjadi dua, yaitu:
Pertama, duduk dengan merapatkan paha dan menempelkannya pada perut dan memeluk kedua lutut dengan kedua tangannya.
Kedua, duduk dengan bersandar pada kedua lutut seperti sedang duduk Tasyahhud, lalu menempelkan perutnya pada kedua pahanya, dan meletakkan kedua tangannya di bawah ketiak.
Ada lagi hadits yang menunjukkan bagaimana Nabi SAW duduk ketika berada di masjid. Dari Abu Said Al-Khudri semoga Tuhan memberkatimu, dia berkata,
Setiap kali Rasulullah duduk di masjid, dia akan menutupi dirinya dengan tangannya
“Ketika Rasulullah sedang duduk di masjid, beliau pun duduk sedang jatuh cinta dengan kedua tangannya.” (HR. Tirmidzi)
Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah duduk dengan duduk Perhatian’. Duduk memperhatikan adalah seseorang duduk di atas pantatnya, lalu menekukkan perut dan kedua kakinya ke arah pahanya, sambil memegang kedua betisnya dengan tangannya dari depan.
Selain duduk, ia juga terkadang beristirahat sambil berbaring saat berada di masjid. Hal ini sebagaimana dalam hadis riwayat Sufyan bin Uyainah,
Sufyan bin Uyaynah menceritakan kepada kami, atas wewenang Al-Zuhri, atas wewenang Abbad bin Tamim, atas wewenang pamannya, bahwa dia melihat Nabi, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, berbaring di masjid dengan satu kaki bersilang di atas kaki lainnya.
“Sufyān bin ‘Uyainah meriwayatkan dari az-Zuhrī, dari ‘Abbād bin Tamīm, dari pamannya, bahwa ia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berbaringlah di masjid dengan satu kaki di atas kaki lainnya.” (HR.Bukhari)
Perbuatan Rasulullah yang ditunjukkan oleh hadis tersebut merupakan suatu hal yang terkadang dilakukan orang-orang pada umumnya ketika beristirahat. Hal ini diperbolehkan jika dilakukan kadang-kadang ketika beristirahat atau semisalnya. Akan tetapi, perlu diperhatikan atau dipastikan agar aurat tidak tersingkap ketika berbaring dalam keadaan seperti ini. Hal tersebut karena ada sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Jabir semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dikatakan,
Beliau melarang masuknya wanita tuli, dan bagi laki-laki mengangkat salah satu kakinya di atas kaki yang lain ketika dia berbaring telentang.
“Dia shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang isytimal aṣ-sammaa’ (cara berpakaian tertentu yang membungkus tubuh dengan kain tanpa celah tangan), dan (melarang) seorang laki-laki mengangkat salah satu kakinya di atas kaki yang lain sementara ia berbaring telentang di atas punggungnya.” (HR. Muslim)
Kedua hadis di atas sekilas tentu terlihat bertolak belakang, yang mana hadis yang satu mengatakan ia melakukannya dan hadis yang lain mengatakan ia melarangnya. Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr hafizahullah jelaskan kompromi kedua hadis tersebut. Dia berkata,
Hadits larangan tersebut berlaku jika seseorang merasa tidak aman jika auratnya tersingkap, seperti orang yang memakai topi, namun jika ia aman dari hal tersebut, seperti orang yang berpakaian, maka tidak ada salahnya baginya.
“Hadis yang melarang berlaku ketika seseorang itu memungkinkan untuk terlihatnya auratnya, seperti orang yang menggunakan sarung. Adapun jika aman dari tersingkapnya aurat, seperti orang yang menggunakan sirwal, maka tidak mengapa.”
Bersandar pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga merupkan seorang manusia yang tentunya memiliki rasa lelah sehingga perlu bersandar. Beliau terkadang bersandar ketika duduk yang biasanya merupakan sebuah kebiasaan dan juga bersandar ketika berdiri yang biasanya karena beliau lelah atau sedang sakit atau lemah.
Bersandar ketika duduk
Saat duduk, dia shallallahu ’alaihi wa sallam biasanya bersandar. Hal ini seperti dalam sebuah hadis, katanya,
Maukah aku beritahukan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar? Tiga. Mereka menjawab: Ya, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Menyekutukan Tuhan dan durhaka kepada orang tua. Beliau duduk dan berbaring lalu berkata: Kecuali ucapan bohong. Dia berkata: Dia mengulanginya terus-menerus sampai kami berkata: Seandainya dia diam.
“Apakah kamu ingin aku memberitahumu dosa terbesar?” (Dia mengulanginya tiga kali) Para sahabat menjawab, “Tentu saja ya Rasulullah.” Beliau menjawab, “Melakukan kesyirikan kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tuanya.” Saat itu dia sedang bersandar, lalu duduk tegak dan berkata, “Ketahuilah, kata itu bohong.” Dia terus mengulanginya, sampai kami berkata, “Semoga dia diam.” (HR.Bukhari)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa beliau sedang duduk dalam posisi berbaring. Lalu bagaimana cara dia bersandar? Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Jabir bin Samuroh, beliau berkata,
Saya melihat Utusan Tuhan, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, berbaring di atas bantal di sebelah kirinya.
“Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang bersandar pada bantal di sisi kirinya.” (HR. Tirmidzi)
Hadis di atas menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang bersandar pada sebuah bantal. Pada hadis di atas, disebutkan bahwa beliau bersandar pada bagian kiri tubuh beliau, tapi beliau juga terkadang bersandar pada bagian kanan tubuh beliau. Posisi duduk seperti ini memang terkadang dibutuhkan oleh manusia karena bisa mengistirahatkan badan.
Meski duduk bersandar, ia tidak melakukannya saat makan. Seperti dalam sebuah hadis ya Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam dikatakan,
Saya tidak makan sambil berbaring
“Saya tidak makan sambil bersandar.” (HR. Tirmidzi)
Bersandar ketika berdiri
Dia shallallahu ‘alaihi wa sallam juga terkadang bersandar ketika berdiri atau berjalan ketika sedang sakit. Hal tersebut sebagaimana dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaiankatanya,
Nabi mengeluh. Dia keluar dan bersandar pada Osama bin Zaid, mengenakan pakaian Qatar yang dia lilitkan pada dirinya, maka dia memimpin mereka dalam shalat.
“Sesungguhnya ketika beliau sakit, Rasulullah keluar sambil bersandar pada Usāmah bin Zaid. Saat itu, beliau mengenakan kain qathri yang terbungkus selendang, lalu dia memimpin mereka dalam shalat.” (HR. Tirmidzi)
Kondisi beliau pada hadis di atas adalah ketika sakit beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum kematian. Saat itu kondisinya sangat lemah sehingga memerlukan bantuan untuk berdiri sehingga ia bersandar pada Usamah bin Zaid semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian.
Menutupi
Demikianlah beberapa hadis yang menunjukkan bagaimana Rasulullah duduk dan bersandar. Semoga dengan mengenal Rasulullah dari sisi kebiasaan dan kehidupan beliau, hal itu bisa membuat kita lebih mengenal dan mencintai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Baca juga: Mengenal Sifat Tawaduk Nabi
***
Penulis: Firdian Ikhwansyah
Artikel Muslim.or.id
Referensi:
Syarah Shamail Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bohong Syekh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr.
News
Berita
News Flash
Blog
Technology
Sports
Sport
Football
Tips
Finance
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Kekinian
News
Berita Terkini
Olahraga
Pasang Internet Myrepublic
Jasa Import China
Jasa Import Door to Door
Download Film
Gaming center adalah sebuah tempat atau fasilitas yang menyediakan berbagai perangkat dan layanan untuk bermain video game, baik di PC, konsol, maupun mesin arcade. Gaming center ini bisa dikunjungi oleh siapa saja yang ingin bermain game secara individu atau bersama teman-teman. Beberapa gaming center juga sering digunakan sebagai lokasi turnamen game atau esports.