Mengetahui buku-buku dan buku-buku auth-thahawiyah

Sepanjang perjalanan sejarah keilmuan Islam, banyak karya besar lahir dari para ulama yang bukan hanya menguasai satu bidang, melainkan memiliki keluasan ilmu dalam berbagai cabang, termasuk dalam urusan akidah. Salah satu karya fenomenal yang terus diajarkan hingga kini adalah al-‘Aqidah ath-Thahawiyahbuku sederhana, tetapi penuh dengan konten kredo Sunni Sunnah Walah. Kitab ini menjadi referensi penting, tidak hanya bagi pelajar pemula, tapi juga bagi para pengajar dan peneliti akidah Islam.

Di tengah derasnya arus pemikiran modern dan berbagai penyimpangan dalam memahami prinsip-prinsip akidah, penting bagi setiap muslim untuk memiliki fondasi keyakinan yang kokoh dan bersumber dari pemahaman Salafus Shalih. Kitab al-‘Aqidah ath-Thahawiyah hadir sebagai jawaban atas kebutuhan itu: ringkas, padat, dan mengacu pada pemahaman generasi terbaik umat ini. Inilah yang menjadikan kitab ini relevan sepanjang zaman.

Artikel ini akan mengupas tentang penulis kitab, latar belakang penulisan, keistimewaan isinya, serta beberapa catatan yang dikemukakan oleh para ulama terkait gaya dan redaksi kitab ini. Semoga menjadi awal yang berkah bagi kita untuk mendalami akidah yang sahih sesuai dengan manhaj Sunni Sunnah Walah.

Imam Abu Ja’far Ath-thahawi

Kitab al-‘Aqidah ath-Thahawiyah dinisbahkan kepada seorang ulama besar, yaitu Imam Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad bin Salamah al-Azdi ath-Thahawi. Beliau lahir pada tahun 239 H di desa Ṭaḥā, di wilayah Mesir Hulu, dan karena itu dikenal dengan julukan “ath-Thahawi”. Beliau berasal dari keluarga yang mencintai ilmu, dan sejak kecil telah menekuni berbagai disiplin ilmu Islam.

Menariknya, Imam ath-Thahawi awalnya menganut mazhab Syafi’i, namun kemudian berpindah ke mazhab Hanafi setelah berguru langsung kepada Imam Abu Ja’far al-Hakim, murid dari Imam Abu Yusuf, sahabat dekat Imam Abu Hanifah. Perpindahan mazhab ini tidak terjadi karena fanatisme, melainkan karena kedalaman pencarian ilmu dan pertimbangan Istidlal (metode berdalil) yang matang.

Kepemimpinan Ath-Thahawi di sekte Hanafi tidak dapat dipungkiri. Dia bahkan mencapai tingkat pemimpin sekte Hanafi di Mesir, karena penguasaannya yang mendalam atas fikih dan Ushul -nya. Namun, pekerjaan itu al-‘Aqidah ath-Thahawiyah menunjukkan bahwa dalam urusan akidah, beliau teguh mengikuti jalan Sunnus sunnah walah Seperti yang diajarkan oleh teman dan teman.

Imam ath-Thahawi wafat pada tahun 321 H. Namanya senantiasa harum dalam sejarah keilmuan Islam. Kepribadiannya dikenal tawadhu ‘, ilmunya luas, dan tulisannya penuh hikmah. Kitab akidah yang ia susun hingga kini masih menjadi rujukan utama dalam pembelajaran akidah di pesantren, universitas, dan majelis ilmu di seluruh dunia Islam.

Kitab al-‘Aqidah ath-Thahawiyah: Ringkas tapi luas

Buku ini tidak secara langsung dinamai oleh penulisnya, tetapi karena itu diberikan kepadanya, itu dikenal dengan namanya al-‘Aqidah ath-Thahawiyah. Buku ini adalah ringkasan dari pepohonan kepercayaan diri Sunnus sunnah walah, yang disusun dalam bentuk poin-poin singkat tanpa detail panjang atau penyebutan dalil secara sistematis.

Tujuan utama dari kompilasi buku ini adalah untuk memberikan kerangka iman dasar yang mudah dihafal. Oleh karena itu, Imam Ath-thahawi menyusunnya ringkas, tanpa menyebutkan banyak ayat atau hadis. Itu dicatat hanya sekitar 10 koleksi Al -Qur’an yang ditemukan dalam buku ini, serta beberapa hadis umum.

Meski begitu, isi kitab ini sejatinya dibangun di atas dalil-dalil syar’i dan warisan pemahaman sahabat. Redaksi yang digunakan jelas dan tidak bertele-tele, serta mencakup banyak aspek penting dalam akidah: tauhid, nama dan sifat Allah, iman, qadar, sikap terhadap sahabat Nabi, dan lain-lain. Ini menjadikan kitab ini sangat efektif sebagai pegangan awal dalam mempelajari akidah yang lurus.

Buku ini tidak hanya dipelajari oleh para sarjana masa lalu. Sampai hari ini, al-‘Aqidah ath-Thahawiyah tetap menjadi bahan ajar resmi di banyak lembaga keilmuan Islam, termasuk di universitas-universitas Islam besar seperti Universitas Islam Madinah dan Al-Azhar. Ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh dan pentingnya kitab ini dalam penguatan pemahaman akidah.

Baca juga: Biografi Abdullah bin Al-Mubarak

Keistimewaan dan pengaruhnya

Salah satu keistimewaan kitab ini adalah keberhasilannya merangkum prinsip-prinsip akidah dalam bentuk yang sangat ringkas, namun tidak mengurangi kedalaman isinya. Imam ath-Thahawi menyusun kitab ini tidak untuk debat, tetapi sebagai panduan keimanan yang bisa langsung dipahami dan diamalkan. Oleh karena itu, banyak pesantren dan lembaga pendidikan yang menjadikannya teks utama dalam pelajaran akidah.

Kitab ini juga sangat dihormati oleh para ulama besar. Syekhul Islam Ibn Taymiyyah, misalnya, sering mengutip isinya dalam Bayān Talbīs al-Jahmiyyah. Ibn al-Qayyim pun merujuknya dalam karya monumental Ijtimā ‘al-Juyūsh al-Weislāmiyyah. Bahkan, generasi mutakhir seperti Syekh Shalih al-Fauzan dan Syekh Abdul Muhsin al-Abbad masih memberikan rekomendasi (penjelasan) atas kitab ini dalam kuliah-kuliah mereka.

Kekuatan lain dari kitab ini adalah bahwa ia mampu menyatukan kalangan Ahlus Sunnah dari berbagai mazhab fikih. Meski penulisnya seorang Hanafiy, kandungan akidahnya selaras dengan pemahaman salaf yang juga dipegang oleh para ulama dari mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hanbali. Ini menunjukkan bahwa urusan akidah tidak semestinya terikat dengan perbedaan fikih, melainkan harus tunduk pada kebenaran wahyu.

Bagi penuntut ilmu, menguasai isi al-‘Aqidah ath-Thahawiyah adalah langkah awal yang sangat penting. Penguasaan terhadap ilmu pada isi kitab ini menjadi jembatan yang aman menuju pemahaman tauhid yang benar, dan sekaligus bekal untuk mengenal penyimpangan-penyimpangan yang lahir dari pemikiran rasionalis yang menyimpang dari nash-nash syar’i.

Beberapa kritik dan klarifikasi

Sebagaimana kitab klasik lainnya, al-‘Aqidah ath-Thahawiyah tidak luput dari beberapa kritik. Para ulama membaginya menjadi dua jenis: kritik formal (tata penyusunan) dan kritik substansial (isi kandungan). Kritik ini tidak bertujuan merendahkan karya ulama terdahulu, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab ilmiah dalam menjaga kemurnian akidah.

Kritik formal mencakup tiga hal: kurangnya urutan sistematis sesuai hadits Jibril, adanya pengulangan beberapa poin, serta penggunaan gaya sajak dalam sebagian kalimat. Namun, ulama menjelaskan bahwa hal ini bukanlah kekurangan mutlak, sebab bisa dimaklumi berdasarkan konteks zaman dan tujuan penyusunan kitab.

Adapun kritik substansial mencakup sekitar sepuluh poin yang dianggap menggunakan istilah atau redaksi yang terlalu global. Redaksi semacam ini bisa ditafsirkan sesuai pemahaman Ahlus Sunnah, namun juga bisa dibawa ke arah pemikiran ahli kalam (seperti Mu’tazilah atau Jahmiyyah) jika tidak dijelaskan. Oleh karena itu, rekomendasi (penjelasan) terhadap kitab ini sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman.

Rekomendasi terbaik yang paling populer adalah karya Ibnu Abi al-‘Izz al-Hanafi, yang menjelaskan setiap poin secara detail, lengkap dengan dalil dan bantahan terhadap kelompok-kelompok yang menyimpang. Dengan rekomendasi Nah, buku ini sangat aman dan bermanfaat untuk dipelajari. Jadi penting bagi para guru untuk mengajar buku ini dengan penjelasan, tidak hanya untuk membacanya.

Kitab al-‘Aqidah ath-Thahawiyah adalah mutiara yang bersinar dalam khazanah akidah Islam. Ringkas namun padat, ringan dibaca namun berat makna, kitab ini memberikan fondasi kokoh bagi setiap muslim yang ingin memahami tauhid dan prinsip-prinsip iman sesuai dengan petunjuk Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Baca juga: Biografi Imam Ibnu Al-Jauzi

***

Penulis: Fauzan Hidayat

Artikel Muslim.or.id



Game News

Berita Olahraga

News

Berita Terkini

Berita Terbaru

Berita Teknologi

Seputar Teknologi

Drama Korea

Resep Masakan

Pendidikan

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Download Film

Gaming center adalah sebuah tempat atau fasilitas yang menyediakan berbagai perangkat dan layanan untuk bermain video game, baik di PC, konsol, maupun mesin arcade. Gaming center ini bisa dikunjungi oleh siapa saja yang ingin bermain game secara individu atau bersama teman-teman. Beberapa gaming center juga sering digunakan sebagai lokasi turnamen game atau esports.